1. WARNA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan
Percobaan
Tujuan
percobaan ini adalah untuk menentukan warna dalam contoh uji air dengan metode
spektofotometri.
1.2
Metode
Percobaan
Metode
yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode spektofotometri.
1.3
Prinsip
Percobaan
Prinsip percobaan ini adalah warna dalam air
dibandingkan dengan warna standar yang terbuat dari K2PtCl6
dan Cobalt menggunakan spektofotometri dengan panjang gelombang 461 nm.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Kondisi Eksisting
Pada
praktikum kali ini, praktikan melakukan sampling di tiga sungai yang berbeda,
yaitu sungai batang kuranji, sungai
limau manis dan sungai
by pass. Pengambilan sampel dilakukan pada hari jum’at, 29
September 2010. Kondisi eksisting yang didapatkan pada wilayah sampling dari
ketiga wilayah tersebut adalah:
1. Sungai
By Pass
a. Air
sungai keruh, deras dan dangkal;
b. Terdapat
banyak sampah domestic di kiri-kanan badan sungai;
c. Keadaan
sungai diperburuk dengan adanya limbah pabrik karet;
d. Sungai
berada dekat dengan pemukiman dan dijadikan sebagai sarana MCK penduduk
sekitar.
2. Sungai
Batang Kuranji
a. Air
sungai deras dan dangkal;
b. Terdapat
banyak sampah domestic di kiri-kanan badan sungai;
c. Sungai
berada dekat dengan pemukiman dan dijadikan sebagai sarana MCK penduduk
sekitar;
d. Sungai
juga dijadikan tempat mata pencaharian untuk menambang pasir dan batu.
3. Sungai
Limau Manis
a. Air
b. Badan
sungai sangat jernih dan bebas dari sampah domestik dan sumber buangan lainnya;
c. Sungai
berada dekat dengan pemukiman dan dijadikan sebagai sarana MCK penduduk
sekitar;
d. Sungai
juga dijadikan tempat mata pencaharian untuk menambang pasir dan batu.
2.2
Teori
Air
merupakan suatu sumber kehidupan yang sangat penting di muka bumi ini. Sebagai
makhluk hidup, aktivitas sehari-hari kita tak bisa lepas dari kebutuhan air
bersih. Tetapi pada akhir-akhir ini persoalan persediaan air bersih yang
memenuhi syarat menjadi masalah umat manusia. Dari segi kualitas dan kuantitas
air telah berkurang yang disebabkan oleh pencemaran (Anonymous A, 2009).
Kekeruhan
air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi baik besifat organic maupun zat
organic. Zat organic biasanya berasal dari pelapukan batuan dan logam.
Sedangkan yang berasal dari pelapukan tanaman dan buangan industry juga
merupakan sumber kekeruhan (Juli Soemirat, 1984).
Secara
umum, warna pada air terbagi dua, yaitu (Agus Frikardo, 2009):
1. Warna
Sejati (True Colour)
Warna
sejati adalah warna yang berasal dari penguraian zat organik alami seperti
humus, karakteristiknya yaitu:
a. air
berwarna kuning terang sampai coklat - merah;
b. air
relatif jernih;
c. pH
air relatif rendah, kurang dari 6 (antara 3-5).
2. Warna
Semu (Apparent Colour)
Warna
semu disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
a. Partikel
penyebab kekeruhan (pasir, tanah, dan lainnya);
b. Partikel/dispersi
halus besi dan mangan;
c. Partikel
mikroorganisme (algae/lumut);
d. Warna
dari kegiatan industri (tekstil, kertas, dan lainnya).
Parameter
air terdiri atas beberapa bagian, yaitu (Juli Soemirat, 1994):
1. Parameter
Fisik
Yaitu
parameter yag ditinjau dari tampilan dari air tersebut seperti zat padat
terlarut (TDS) di dalam zat cair tersebut, tingkat kekeruhan, rasa, bau, suhu
dan warna.
2. Parameter
Kimia
Yaitu
parameter yang ditinjau dari sifat kimia, baik itu dari kimia organic maupun
kimia anorganik.
1. Kimia
Organik
Yaitu
air yang tidak mengandung logam berat, kesadahn, pH air, kandungan sulfat,
sulfide, nitrat maupun nitrit.
2. Kimia
Anorganik
Yaitu
air yang tidak mengandung aldrin, dieldrin, benzan, chlordane, DDT, deterjen
dan chloroform.
3. Parameter
Biologi
Yaitu
bebas dari penyakit, bakteri dan virus.
4. Parameter
Radiologi
Kekeruhan
air disebabkan oleh xat yang terkandung dari zat organic maupun anorganik yang
tersuspensi baik. Zat organik biasanya berasal dari pelapukan tanaman dan
hawan. Buangan industry juga merupakan sumber kekeruhan.
Kalorimeter
adalah alat yang digunakan dalam pengukuran kolorimetrik dan analisa untuk
menentukan intensitas atau kekuatan warna via perbandinagn fisik terhadap suatu
stajndar internasional atau terhadap kualitas spektural cahaya tampak
(Anonymous B, 2010).
Kalorimeter
terbagi atas dua metode, yaitu (Anonymous
B, 2010)):
a. Kalorimeter
Visual
Menggunakan
mata sebagai detector.
b. Fotometri
Menggunakan
fotosel sebagai detektornya.
Pengertian
dari spektrofotometri adalah metode analisa kimia berdasarkan pengukuran
seberapa banyak energy radiasi diabsorpsi oleh suatu zat sebagai fungsi panjang
gelompang. Bila cahaya putih (polikromatis) dilewatkan melalui larutan CuSO4,
maka akan mengasorpsi radiasi warna kuning dan meneruskan radiasi berwarna
biru. Spektrofotometri dapat pula dikatakan sebagai gelombang elektromagnetik Yang
merupakan spectrum lebar terdiri daripanjang gelombang (Anonymous B, 2010).
Prinsip
kerja calorimeter adalah calorimeter yan dikembangkan tetap berprinsip pada
kerja dasar yang sama dengan calorimeter yang ada di tingkat industry, yaitu
memperkecil efek penghamburan dan pemantulanradiasi elektromagnetik yang mengenai
suatu substansi, sehingga radiasi yang diserap dan diteruskan tetap menjadi
proporsi (Anonymous B, 2010).
BAB
III
PROSEDUR
PERCOBAAN
3.1 Alat
1. Beaker glass
200 ml 2 buah;
2. Corong
2 buah;
3. Gelas
ukur 50 ml 1 buah;
4. Kuvet
5 buah.
3.2 Bahan
1. Larutan
Pt-Co;
2. Aquadest;
3. Sampel.
3.3 Cara Kerja
1. Aquades
sebagai blangko disaring terlebih dahulu menggunakan kertas saring dan hasil
yang didapat dimasukkan ke dalam kuvet;
2. Ketiga
air sampel dan aquadest sebagai
blangko disaring menggunakan kertas saring
dan air hasil saringan yang didapatkan dimasukkan ke dalam kuvet;
3. Hasil
saringan yang terdapat dalam kuvet dihitung nilai absorbannya dengan
menggunakan spektofotometer dengan panjang gelombang 461 nm, terlebih dahulu
absorban blangko dihitung dan sampel dimasukkan secara bergantian;
4. Dicatat
skala yang terbaca pada spektofotometer.
3.4
Regresi
Linier
Rumus
regresi linear kurva:
y
= a + bx
Keterangan
:
y = Nilai absorban n
= Banyak data
x = Konsentrasi larutan standar
(TCU)
2. MINYAK DAN LEMAK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan
kadar minyak dan lemak dalam contoh uji air dengan metode gravitimetri
1.2 Metode Percobaan
Metode
yang digunakan adalah metode gravitimetri
1.3 Prinsip Percobaan
Minyak dan lemak dalam contoh
uji air di ektraksi dengan pelarut organik dalam corong pisah dan untuk menghilangkan
air yang masih tersisa digunakan Na2SO4 anhidrat. Ekstrak
minyak dan lemak dipisahkan dari pelarut organik secara destilasi. Residu yang
tertinggal pada labu di destilasi ditimbang sebagai minyak dan lemak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi
Eksisiting Wilayah Sampling
Pada praktikum minyak
dan lemak kali ini, pengambilan sampel dilakukan di kafe PKM. Sampel yang
diambil berupa air sisa atau bekas cucian piring. Limbah tersebut dialirkan
langsung dari dapur melalui parit kecil yang telah dibuat dibelakang kafe
tersebut.
Cara pengambilan sampel
itu sendiri yaitu dengan cara menampung langsung air bekas pencucian yang baru
saja digunakan. Botol diisi dengan air tersebut ,kemudian langsung ditutup agar
tidak ada udara yang masuk kedalamnya.
2.2 Teori
Lemak atau lipid berasal dari kata lipos (bahasa
yunani), yaitu senyawa biologis yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik non polar. Sedangkan minyak merupakan semua senyawa organik
yang tidak larut dan tidak bercampur dengan air dikerenakan perbedaan massa jenisnya
(Anonymous A. 2010).
Lemak/ lipid merupakan suatu senyawa organik yang
terdapat pada alam yang tidak larut dalam air, akan tetapi dapat larut dalam
pelarut organik non polar. Berdasarkan komponen dasarnya, lipid terbagi kedalam
lipid sederhana (simple Lipid), lipid
majemuk (compound Lipid), dan lipid
turunan (deriver Lipid) (Anonymous A.
2010).
Lemak merupakan bahan makanan yang mengandung
nilai kalori tinggi. Contoh makanan yang banyak mengandung lemak, yaitu
mentega, margarin, minyak tumbuhan, minyak hewan (secara umum sering disebut lemak),
susu, dan kacang-kacangan (Nana Sutresna. 2004).
Minyak dan lemak mempunyai sifat fisik
yang berbeda. Lemak berupa padatan, umumnya berasal dari hewan, kecuali lemak
cokelat. Adapun minyak berupa cairan pada suhu ruangan dan umumnya berasal dari
tumbuhan, seperti minyak kelapa, minyak kedelai, dan minyak jagung. Perbedaan
wujud lemak ini bergantung pada asam lemak penyusunnya. Lemak yang berwujud
padat banyak mengandung asam lemak jenuh, sedangkan minyak yang berwujud cair
banyak mengandung asam lemak tak jenuh (Nana Sutresna. 2004).
Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang
tidak memiliki ikatan rangkap, dan sebaliknya, asam lemak tak jenuh adalah asam
lemak yang memiliki ikatan rangkap. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang
terdiri atas asam lemak tak jenuh tunggal dan asam lemak tak jenuh ganda. Asam
lemak tak jenuh tunggal disebut juga omega-9 karena ikatan rangkapnya terletak
atom C kesembilan. Contohnya asam oleat. Begitu juga dengan omega-3 dan
omega-6, nama lain dari asam lemak tak jenuh ganda yang ikatan rangkapnya
terletak pada atom C ketiga dan keenam (Nana Sutresna.
2004).
Adapun perbedaan lemak dan minyak antara
lain (Albert Cetton. 1984):
a.
Lemak
berwujud padat, sedangkan minyak berwujud cair;
b. Lemak terdapat pada hewan dan manusia,
sedangkan minyak terdapat pada hewan, manusia, dan tumbuh-tumbuhan;
c.
Lemak merupakan asam
karboksilat jenuh dan minyak merupakan asam karboksilat tak jenuh.
Dilihat dari asalnya, terdapat dua golongan besar
minyak, yaitu (Anonumous. 2009):
1.
Minyak yang dihasilkan
tumbuh-tumbuhan (minyak nabati) dan hewan (minyak bumi);
2.
Minyak
yang diperoleh dari kegiatan penambangan (minyak bumi).
Adapun sifat fisika dan sifat Kimia Lemak dan Minyak
antara lain (Anonymous A, 2009):
1. Sifat Fisika
a. Lemak dan minyak pada umumya tidak
larut dalam air.
b. Titik leleh dan titik didih minyak
lebih rendah dari lemak
c. Lemak pada suhu kamar berwujud
padat, sedangkan minyak pada suhu kamar berwujud cair.
2. Sifat Kimia
a. Lemak mengandung gugus alkil yang
memiliki rantai karbon jenuh, sedangkan
minyak mengandung gugus alkil yang memiliki rantai karbon tak jenuh.
b. Minyak dapat bereaksi hidrogenasi
(adisi hidrogen) sehingga diperoleh lemak jenuh.
c.
Lemak
bereaksi dengan basa membentuk sabun dan gliserol
Minyak dan lemak memiliki peranan yang penting dalam
kehidupan manusia.
1.
Beberapa kegunaan lemak dan
minyak adalah (Nahadi. 2006):
a.
Sebagai cadangan energi;
b.
Sebagai bahan penyusun lipid.
Lipid merupakan yang berguna dalam pembentukan membran sel dan hormon.
2.
Dalam kehidupan sehari – hari :
a.
Untuk pembuatan sabun dan
deterjen (direaksikan dengan alkali, reaksinya disebut safonifikasi;
b.
Untuk pembuatan alat penerangan
(lilin).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
1.
Neraca
Analitik 1 buah;
2. Corong pisah 250 ml 2 buah;
3. Beakerglass 500 ml dan 80 ml masing-masing 1 buah;
4. Kertas saring diameter 11 cm 2 buah;
5. Tang krus 1 buah;
6. Statip 4 buah.
3.2 Bahan
1. N-hexana dengan titik didih 69ºC;
2. Kristal natrium sulfat, Na2SO4;
3. Aquadest;
4. Sampel air.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pra
praktikum
a.
Panaskan beaker
glass kosong di dalam oven dengan suhu 105° C selama 1 jam;
b.
Timbang beaker
glass tersebut dengan neraca analitik dan catat masanya.
3.3.2
Praktikum
a.
Tuangkan 50 ml air sampel dan blanko ke
corong pisah, tambahkan 30 ml larutan n-hexana;
b.
Kocok dengan kuat selama 2 menit, beberapa
kali lepaskan gas dari corong pisah;
c.
Biarkan larutan memisah, keluarkan
lapisan air.
d.
Keluarkan lapisan minyak dari corong
pisah menggunakan kertas saring dan Na2SO4 anhidrat ke
dalam beakerglass.
e.
Lakukan ekstraksi sebanyak 3 kali.
3.3.3 Pasca praktikum
a. Panaskan minyak dan lemak yang telah
diekstraksi selama 1 jam di dalam oven;
b.
Timbang
dengan neraca analitik dan catat massanya.
3. KOAGULASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Percobaan
1. Menentukan
koagulan optimum pada sampel air;
2. Mengetahui
kandungan warna pada sampel air;
3. Mengetahui
pH sampel sebelum dan sesudah koagulasi.
1.2 Metode Percobaan
Metode yang digunakan dalam percobaan ini
adalah:
- Jar-Test;
- Water quality checker.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip-prinsip
untuk percobaan ini adalah:
a. Koagulasi
Kekeruhan
dalam air disebabkan oleh zat-zat tersuspensi dalam bentuk lumpur kasar, lumpur
halus dan koloid. Pada permukaan koloid bermuatan listrik sehingga koloid dalam
keadaan stabil, akibatnya koloid sulit mengendap.
Senyawa koagulan (seperti tawas aluminium) berkemampuan
mendestabilisasi koloid (menetralkan muatan listrik pada permukaan koloid)
sehingga koloid dapat bergabung satu sama lainnya membentuk flok dengan ukuran
yang lebih besar sehingga mudah mengendap.
b. Pengukuran
pH
Elektroda
gelas mempunyai kemampuan untuk mengukur konsentrasi H+ dalam air
secara potensiometri.
c. Pengukuran DHL
Pengukuran daya
hantar listrik berdasarkan kemampuan kation dan anion untuk menghantarkan arus
listrik yang dihantarkan dalm air.
d. Pengukuran Turbidity
Pengukuran
kekeruhan air berdasarkan pengukuran intensitas cahaya yang dipendarkan oleh
zat-zat tersuspensi dalam air.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi
Eksisting Wilayah Sampling
Pada Praktikum
koagulasi ini, kami melakukan sampling di Sungai dengat kuburan Turki, Ganting.
Pengambilan sampel dilakukan pada hari jum’at tanggal 15 Oktober 2010 pada
pukul 15.00 wib. Dimana kondisi eksisting wilayah tersebut:
1. Di badan sungai
terdapat banyak sampah dan umumnya berasal dari limbah rumah tangga;
2.
Air sungai keruh dan dangkal;
3.
Sungai dekat dengan pemukiman masyarakat;
4.
Tidak terdapat ikan.
2.2 Teori
a. Koagulasi
Koagulasi digunakan pada pengolahan air bersih.
Pengolahan air bersih berdasarkan pada sifat koloid, yaitu koagulasi dan
adsorbsi. Air sungai atau air sumur yang
keruh mengandung lumpur koloidal dan terkadang juga mengandung zat-zat warna
serta zat-zat pencemar seperti limbah deterjen dan juga pestisida (Anonymous
B.2008).
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses koagulasi
(Anonymous A.2007):
1. Kualitas
air
Baik
atau tidaknya kualitas sumber air sangat berpengaruh terhadap proses koagulasi
yang terjadi;
2.
Jumlah
dan karakteristik dari materi koloid;
3. pH
air;
4.
Pengadukan
cepat dan waktu koagulasi;
5. Temperatur
dan suhu;
6. Alkalinitas;
7. Karakteristik
ion dalam air.
Ada empat mekanisme
penting dalam proses koagulasi, yaitu (Anonymous B. 2008):
1.
Double layer Compression
Dengan menaikkan
konsentrasi ion total sehingga muatan sekitar partikel berkurang. Akibatnya
tubuh partikel melebar
berbanding terbalik dengan muatannya sehingga terjadi penggumpalan
2.
Charge Neutralization
Dapat mengontrol besarnya pH sekaligus mengatur absorbsi kation dan ion
positif.
3.
Interparicle Bridgmy
Berlaku untuk
semua polimer dan mengadsorpsi beberapa partikel yang terbawa arus air.
4.
Participate Ensneshment
Digunakan
partikel yang bergerak cepat serta partikel yang terperangkap.
Bahan-bahan yang digunakan
sebagai koagulan dalam pengolahan air antara lain adalah :
1. Tawas (Aluminium Sulfida)
Dalam pengolahan air, tawas
digunakan untuk menggumpalkan lumpur koloid sehingga menjadi lebih mudah untuk
disaring. Tawas juga membentuk koloid Al(OH)3 yang dapat
mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat pencemar seperti deterjen dan peptisida
2. Pasir
Dalam pengolahan air, pasir
berfungsi sebagai penyaring.
3. Kaporit
Dalam pengolahan air, kaporit
berfungsi sebagai pembasmi hama atau disinfektan.
4. Kapur Tohor
Dalam pengolahan air berfungsi
untuk menaikkan pH.
5. Karbon Aktif
Berikut adalah beberapa contoh
koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri :
1. Pembentukan delta dan muara sungai;
2. Karet dalam lateks digumpalkan dengan
menambahkan asam format;
3.
Asap
atau debu dari pabrik maupun industri dapat digumpalakan dengan menggunakan
alat koagulasi khusus.
b.
Pengukuran
pH
pH adalah derajat keasaman digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.
pH suatu larutan menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan
dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (mol/P) pada suhu tertentu.(Purba,
Michael.1994)
Metode pengukuran pH dapat
dilakukan dengan :
a. Elektroda Potensiometri
Prinsipnya adalah mengukur
konsentrasi H+ dalam air secara potensiometri.
pH =
- log (H+)
b. Menggunakan pH meter
Metode ini berfungsi untuk
menentukan tingkat keasaman dan kebasaan tanah yang tersuspensi dalam air.
-pH air yang bersifat asam (<7) yakni
pada daerah vulkanik
-pH air yang
bersifat basa (>7) yakni pada daerah endapan bahan ultramafik.
c.
Water Quality Checker
c. Daya Hantar Listrik (DHL)
Daya hantar listrik merupakan ukuran kemampuan suatu zat penghantar
arus listrik dalam tempratur tertentu yang dinyatakan dalam micro mohs
per centimeter oC. Satuan
umum digunakan adalah mikrosiemens (ms). Untuk megantarkan arus listrik, ion-ion bergerak
dalam larutan memindakan muatan listriknya yang bergantung pada ukuran
interaksi antar ion dalam larutan .
d.Pengukuran Turbidity
Turbidity atau kekeruhan adalah adanya partikel koloid dan supensi dari suatu
bahan pencemar antara lain beberapa bahan organik dan bahan anorgnik dari buangan industri,
rumah tangga, budidaya perikanan dan lain-lain.(Maria,2000)
BAB III
PROSEDUR PERCOBAN
3.1 Alat
- Gelas ukur 1000 ml 6 buah;
- Pipet takar 1 buah;
- Jar-test;
- Bola hisap;
- Water Quality Checker.
3.2 Bahan
- Aluminium Sulfat;
- Air sampel;
- Aquadest.
3.3 Cara Kerja
a.
Koagulasi
1. Siapkan gelas ukur 1000 ml
sebanyak 6 buah, masing-masing diisi dengan 500 ml sampel air;
2. Tambahkan larutan tawas
aluminium(1 ml = 10 mg) secara bertingkat mulai 1 ml, 1,5 ml, 2 ml,…dst;
3. Larutan tersebut kemudian
diaduk menggunakan jar-test dengan
kecepatan 120 rpm selama 1 menit dan 60 rpm selama 10 menit;
4. Biarkan flok mengendap;
5.
Amati
bentuk flok, kecepatan mengendap flok, volume flok dan waktu yang dibutuhkan
untuk mengendapkan flok.
a. Pengukuran
pH
Cek pH masing-masing sampel dengan menggunakan water quality checker.
b.
Pengukuran DHL
Cek DHL masing-masing sampel dengan menggunakan water quality checker.
c. Pengukuran Turbidity
Cek Turbidity
masing-masing sampel dengan menggunakan water
quality checker.
4. KESADAHAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Percobaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengukur kesadahan total dan kesadahan kalsium dalam sampel air.
1.2
Metode Percobaan
Metode yang digunakan adalah titrasi
kompleksometri dengan larutan EDTA.
1.3
Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah kesadahan dalam air dapat membentuk
senyawa komplek dengan Etilen Diamine Tetra Asetan (EDTA) pada suatu pH
tertentu. Untuk mengetahui titik akhit titrasi digunakan indikator logam yaitu
indikator EBT dan Murexida.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Kondisi Eksisting Wilayah Sampling
Pada praktikum kesadahan ini, kami melakukan
sampling di sungai purus. Pengambilan sampel dilakukan pada hari jum’at tanggal
22 Oktober 2010 pada pukul 14.30-15.00 WIB. Dimana kondisi eksisting wilayah
sampel tersebut:
1.
Air
sungai berwarna kekeruhan;
2.
Air
sungai dalam dan arusnya tenang;
3.
Sungai
dekat dengan pemukiman penduduk;
4.
Bayak
terdapat ikan disana.
2.2 Teori
Kesadahan merupakan suatu keadaan ataupun peristiwa terlarutnya ion ion
tertentu di air sehingga dapat menurunkan kualitas air secara distribusi maupun
penggunaannya. Ion ion mampu bereaksi dengan sabun untuk prespirat dan anion
anion yang ada untuk membentuk kerak. Ion ion tersebut antara lain Ca2+,
Mg2+, Mn2+, Fe2+, Si2+, dan semua
kation yang bermuatan dua (Anonymous
A, 2007).
Air sadah memiliki pengertian yaitu air
yang didalamnya terkandung ion ion kesadahan. Kesadahan air bervariasi dari
satu tempat ke tempat lainnya. Kesadahan air permukaan lebih kecil dari pada
air tanah di daerah kapur, karena pada daerah tanah tersebut banyak terkandung
ion Ca2+, Mg2+ (Anonymous
A, 2007).
Dalam air tanah atau air permukaan seperti
air sumur terdapat sejumlah garam kalsium ataupun magnesium terlarut baik dalam
bentuk garam klorida atau sulfat. Adanya garam garam ini menyebabkan air
menjadi sadah yaitu tidak dapat mengahasilkan busa jika dicampurkan dengan
sabun. Ukuran kesadahan air dapat dinyatakan dalam ppm (Anonymous A, 2007).
Berdasarkan sifatnya, air sadah terbagi atas 2, yaitu:
a.
Air Sadah Sementara
Air sadah yang mengandung
Ca(HCO3) atau Mg(HCO3). Air sadh sementara dapat
dipisahkan dengan cara pemanasan
Reaksi: Ca(HCO2)2 CaCO2
+ H2O + CO2
Mg(HCO3)2 MgCO3
+ H2O + CO2
b.
Kesadahan Tetap
Air sadah yang mengandung
MgCl2, CaCl2, MgSO4, CaSO4, dll. Air sadah dapat dihilangkan dengan penambahan
natrium karbonat
Reaksi: CaSO4 + NaCO3 CaCO3 + Na2SO4
MgSO4 + NaSO3 MgCO3 + Na2SO4
Kesadahan total adalah jumlah ion-ion Ca2+
dan Mg+2 yang dapat ditentukan melalui titrasi EDTA dan menggunakan
indikator yang peka terhadap semua kation tersebut. Kesadahn total dapat juga
ditentukan dengan menggunakan jumlah ion Ca+2 dan ion Mg2+
yang dianalisa secara terpisah misalnya metode AAS (Anonymous A, 2007).
Kesadahan diBagi menjadi 2
tipe, yaitu (Anonymous B, 2008):
a.
Kesadahan Kalsium dan Magnesium ( Kesadahan Total)
Kalsium dan magnesium
merupakan dua anggota dari kelompok alkali logam. Kedua struktur ini mempunyai
struktur elektron dan reaksi kimia yang sama. Besarnya kesadahan kalsium dan
magnesium dapat dihitung.
b.
Kesadahan Karbonat dan Non Karbonat
Kesadahan karbonat adalah bagian dari kesadahan total yang secara kimia
ekivalen terhadap alkanalitas bikarbonat dan karbonat dalam air. Jika CaCO3
sebagai alkanalitas dan kesadahan, maka kesadahan karbonat ditentukan sebagi
berikut:
1.
Alkanalitas
≥ Kesadahan total
Kesadahan karbonat (mg/l) =
kesadahan total (mg/l).
2.
Alkanalitas
< Kesadahan total
Kesadahan ono karbonat ialah jumnlah kesadahan
aakibat kelebihan kesadahan karbonat.
Air sadah membawa beberapa
dampak negatif yaitu:
a.
menyebabkan sabun tidak berbusa karena
adanya hubungan kimiawi antara kesadahan dengan molekul sabun sehingga sifat
deterjen sabun menghilang dan pemakaian sabun dapat menjadi lebih boros.
b.
menimbulkan kerak pada ketel yang dapat
menyumbat katup katup yang terdapat pada ketel yang disebabkan karena
terbentuknya endapan kalsium karbonat pada dinding ataupun katup ketel.
Akibatnya hantaran panas pada ketel air berkurang sehingga dapat memnyebebkan
pemborosan bahan bakar (Anonymous B,
2008).
Kesadahan dapat menyebabkan
pengendapan pada dinding pipa. Kesadahn yang tinggi sebagian besar
disebabkan oleh kalsium, magnesium,
strosium, ferum, dll. Masalah yang timbul adalah sabun sehingga masyarakat
tidak memanfaatkan penyediaan air bersih tesebut (Juli Soemirat, 2004).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAN
3.1 Alat
- Erlenmeyer 200 ml;
- Erlenmeyer 100 ml;
- Pipet takar 10 ml;
- Pipet takar 10 ml dan Bola hisap;
- Buret 50 ml dan statip;
- Corong;
- Spatula.
3.2 Bahan
- Larutan buffer pH 10;
- Larutan buffer pH 12;
- Larutan KCN 10 %;
- Larutan EDTA 1/28 N;
- Indikator EBT;
- Indiktor Murexida;
- Aquades.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Standarisasi larutan EDTA 1/28 N
a.
Meggunakan indikator EBT
1. Dipipet 10 ml larutan standar
kalsium dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer;
2. Ditambahkan 5 ml larutan buffer
pH 10 dan 50 mg indikator EBT;
3. Dititrasi dengan EDTA 1/28 N hingga cairan berubah dari ungu
menjadi biru .
Faktor EDTA untuk EBT = 10 ml
ml titrasi
b.
Menggunakan indikator murexida
1. Pipet 10 ml larutan standar kalsium;
2. Ditambahkan 1 ml larutan buffer pH 12 dan
50 mg indikator murexida;
3.
Dititrasi
dengan larutan EDTA 1/28 N hingga cairan berubah warna dari kemerah merahan
menjadi ungu.
Faktor EDTA untuk murexida = 10 ml
ml EDTA
3.3.2 Kesadahan total (Kalsium +
Magnesium)
1. 100 ml contoh air dimasukkan ke dalam
erlenemeyer, lalu ditambah 5 ml larutan buffer pH 10.
2. Jika cairan menjadi keruh ditambah 1 ml
larutan KCN 10%. Kemudian tambah 50 mg indikator EBT.
3. Larutan dititrasi dengan menggunakan
larutan EDTA 1/28 N sampai cairan berubah warna dari ungu menjadi biru dan banyak
ml EDTA yang diperlukan dicatat.
Kesadahan Total = x ml EDTA x x faktor EBT x
3.3.3 Kesadahan Kalsium
1. 100 ml contoh air dimasukkan ke labu
Erlenmeyer, ditambah 1 ml larutan buffer pH 12.
2. Jika cairan keruh ditambahkan 1 ml larutan
KCN 10 %. Ditambahkan 50 mg indikator murexida.
3. Larutan dititrasi dengan larutan EDTA 1/28
N sampai cairan berubah warna dari kemerah merahan menjadi ungu.
Kesadahan
Kalsium = x ml EDTA x x faktor Murexida x
Kesadahan
Magnesium = Kesadahan Total – Kesadahan
Kalsium
5. AMMONIUM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Percobaan
Menentukan kadar
ammonium yang terkandung dalam sampel air.
1.2
Metoda Percobaan
Metoda yang digunakan adalah spektofotometri.
1.3
Prinsip Percobaan
NH4+ dalam suasana basa dengan
pereaksi nessler membentuk senyawa kompleks yang berwarna kuning sampai coklat.
Intensitas warna yang terjadi diukur absorbannya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Kondisi Eksisting Wilayah
Sampling
Pada praktikum ini, kami melakukan sampling di
aliran sungai Basko, Air Tawar. Pengambilan sampel ini dilakukan pada hari
jum’at tanggal 15 Oktober 2010 pada pukul 15.30 wib. Kondisi eksisting wilayah
sampel adalah sebagai berikut:
·
Air
sungai berupa air payau;
·
Berada
di dekat pemukiman penduduk;
· Di badan sungai terdapat sampah yang
umumnya berasal dari limbah domestik dan kegiatan industri di sekitas sungai;
·
Aliran
sungai tidak begitu deras dan dalam;
·
Banyak
parit-parit kecil yang bermuara di sisi lain sungai;
·
Banyak
ikan hidaup di sungai ini.
2.2 Teori
Ammoniak adalah senyawa kimia dengan rumus kimia
NH3 , biasanya senyawa ini biasanya didapati berupa gas dengan bau
tajam yang khas (disebut bau ammonia). Walaupun ammonia memilki sumbangan
penting bagi keberadaan nutrisi dibumi, Ammonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan.
Administarsi keselamatan Amerika Serikat memberikan batas 15 menit bagi kontak
dengan ammonia dalam gas berkonsentrasi 35 ppm. Kontak dengan Ammonia
berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan
kerusakan paru-paru dan bahkan kematian (Anonymous A, 2007).
Nitrogen N dapat ditemui hampir disetiap badan air
dalam bermacam-macam bentuk. Bentuk dari Nitrogen tergantung pada tingkatan
bilangan oksidasinya. Ammoniak merupakan senyawa Nitrogen yang menjadi NH4+
pada pH rendah. Ammoniak sendiri berada dalam keadaan tereduksi (-3). Ammoniak
dalam air berasal dari air seni dan tinja, juga dari oksidasi zat organik
(HaObCcNd) secara mikrobiologis, yang berasal dari oksidasi zat organik, air
alam atau air buangan industri serta
buangan penduduk (Alaerts, 1984).
Ammonia yang digunakan secara komersial dinamakan
ammonia anhidrat. Istilah ini menunjukan tidak adanya air pada bahan tersebut.
Karena ammonia mendidih disuhu 350 C, cairan ammonia harus disimpan
dalam tekanan tinggi atau temperature amat rendah. Walaupun begitu, kadar
penguapannya sangat tinggi, sehingga dapat ditangani dengan tabung reaksi biasa
di dalam sungkup asap. “Ammonia rumah” atau ammonium hidroksida adalah larutan
NH3 dalam air. Konsentrasi larutan tersebut diukur dengan satuan baume,
produk larutan komersial ammonia berkonsentrasi
biasanya memilki konsentrasi 26 derajat baume (sedikit 30 persen berat
ammonia pada 15150C). Ammonia dalam rumah biasanya memilki konsentrasi 5 hingga10 % berat
ammonia (Anonymous A, 2007).
Ammonia cair terkenal dengan sifat mudah larut. Ia
dapat melarutkan logam alkali dengan mudah untuk membentuk larutan yang
berwarna dan dapat mengalirkan elektrik dengan baik. Ammonia dapat larut dalam
air. Larutan dalam air mengandung sedikit ammonim hidroksida (NH4OH).
Ammonia tidak menyebabkan kebakaran dan tidak terbakar kecuali dicampur dengan
oksigen. Nyala ammonia kalau dibakar adalah berwarna hijau kekuningan, dan
meletup jika dicampur dengan udara. Ammonia dapat digunakan untuk pembersih,
pemutih dan mengurangi bau busuk larutan pembersih yang dijual kepada konsumen
menggunakan larutan ammonia hidroksida cair sebagai pembersih utama, tetapi
dalam penggunaanya harus berhati-hati, karena penggunanan untuk jangka waktu
yang lama dapat menggangggu pernapasan (Anonymous B, 2008).
Kondisi ammoniak pada permukaan air jika
kandungannya terlalu tinggi adalah menyebabkan kematian ikan yang terdapat pada
perairan tersebut. Konsentrasi ammoniak bebas dapat mengikat seiring dengan
peningkatan pH dan pengaruh hambatanya pada bakteri Nitrobacter lebih tinggi
dari pada Nitrosomonas. Ammoniak bersifat larut dalam air dan ammoniak dalam bentuk
larutan dapat didesorbsi (Anonymous B, 2008).
Ammoniak mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut:
1. Titik beku -77,74 ºC dan titik didih -35,50
ºC;
2. Pada suhu dan tekanan biasa bersifat gas
dan tidak berwarna, beratnya lebih ringan, dan baunya merangsang;
3. Ammoniak memiliki sifat biasa, larutan
ammoniak yang dekat mangandung 28% - 29% ammoniak pada suhu 25 ºC;
4.
Pada pH rendah, ammoniak
menjadi NH4;
5. Kontak dengan kulit menimbulkan luka baker
dan kulit melepuh;
6.
Larutan ammoniak yang tertelan
dapat menimbulkan gejala patologis pada hati, ginjal, dan komplikasi lain;
7.
Ammoniak mudah ada dalam air
pada tekanan 1 atm dan suhu 0 ºC, kelarutannya 427,8% ammoniak dalam air
berbentuk Ammonium hidroksida.
Ammonia
sangat berbahaya, jika terhirup dapat merusak saluran pernapasan terutama
saluran pernapasan bagian atas. Saluran pernapasan yang terangsang amoniak akan
membengkak, hingga pernapasan terganggu karena penyempitan saluran pernapasan
itu. Lebih parah lagi, saluran lender yang terangsang akan mengelurkan sekret
(cairan getah) sehingga pernapasan pun terhambat, dan korban akan mengalami
sesak napas. Bila tidak ditolong maka korban akan pingsan. Lebih jauh, bila
jaringan yang terangsang mengalami kerusakan, akan terjadi pendarahan di
sepanjang saluran pernapasan dan darah akan keluar bersama batuk (Anonymous C, 2008).
Bila
amoniak mencapai paru-paru dapat mengakibatkan bronchopneumonia (radang pada
salah satu bagian paru). Bila selaput lender (mukosa) rusak, dapat
mengakibatkan penyakit menahun sebab pada selaput ini terdapat sel-sel
pertahanan tubuh, khususnya bagi jaringan paru-paru (Anonymous B, 2008).
Nitrogen
memiliki lima
elektron terluar, ditambahn empat elektron dari empat hidrogen, sehingga total
hidrogen menjadi sembilan. Ion ammonium adalah ion positif, ion ini memiliki
muatan 1+ karena kehilangan 1 elektron, sehingga tinggal delapan elektron pada
tingkat terluar nitrogen. Oleh sebab itu menjadi empat pasang, yang semuanya
berikatan karena adanya empat hidrogen (Anonymous
B, 2008).
Ion ammonium memiliki bentuk yang sama dengan
metana, karena ion ammonium memiliki susunan elektron yang sama. Ion ammonium
(NH4+) adalah tetrahedral. Ion ammonium dikatakan isoelektronik jika
keduanya memiliki bilangan dan susunan elektron yang sama (Anonymous B, 2008).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAN
3.1 Alat
- Labu ukur 100 ml 7 buah;
2.
Erlenmeyer 7 buah;
- Beakerglass 250 ml 2 buah;
- Pipet gondok;
- Bola hisap;
- Kuvet;
- Rak tabung.
3.2 Bahan
- Aquadest;
- Garam Seignette;
- Pereaksi Nessler;
- Merkur Iodida;
- NaOH;
- Kalium Netrium Tetrahidrat;
- Larutan Stock standar NH4 1000 ppm.
3.3 Cara Kerja
1.
25 ml contoh air yang jernih (kalau keruh harus
disaring);
2.
Tambahkan 1-2 tetes pereaksi garam seignette;
3.
Tambahkan 0,5 ml pereaksi Nessler;
4.
Kocok dan biarkan 10 menit;
5.
Warna kuning yang terjadi diukur intensitasnya
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm.
Pembuatan
kalibrasi larutan
1.
Buat larutan standar NH4 0,00, 2,0, 3,0,
4,0 dan 5,0 ppm dengan cara melakukan pengenceran dari larutan standar 100 ppm.
2.
Ambil 25 ml dari masing-masing larutan standar
ersebut kemudian dikerjakan sama seperti contoh air.
6. ANALISIS DETERJEN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan
kadar surfaktan anionik yang terkandung dalam deterjen pada air sampel.
1.2
Metode Percobaan
Metode yang digunakan adalah spektofotometri.
1.3
Prinsip Percobaan
Surfaktan anionik bereaksi
dengan biru metilen membentuk pasangan ion biru yang larut dalam pelarut organik.
Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 652 nm. Serapan yang terukur setara dengan kadar surfaktan
anion.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Kondisi Eksisting
Pada praktikum kli ini, praktikan
melakukan sampling di Sungai Anduring. Pengambilan sampel dilakukan pada hari
jum’at anggal 5 november 2010 mulai dari pukul 07.20 Wib s.d 07.25 WIB. Dimana kondisi eksisting wilayah sampling
adalah sebagai berikut:
1. Sungai dekat dengan pemukiman penduduk dan
di gunakan sebagai sarana mandi, cuci dan kaskus (MCK);
2.
Air
sungai jernih dangkal dan deras;
3.
Terdapat
ikan-ikan kecil hidup di Sungai;
4.
Terdapat
sampah-sampah plastik di muara terjunan air sungai dengan jumlah yang sedikit.
2.2 Teori
Deterjen merupakan pembersih sintesis yang terbuat
dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibandingkan dengan produk terdahulu
yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang
lebih baik serta tidak mempengaruhi kesadahan air (Anonymous A, 2010).
Bahan
– bahan kimia pembuat deterjen (Anonymous
A, 2010) :
1.
Surfaktan
Surfaktan (surface
active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung yang
berbeda yaitu hydrophile (suka air)
dan hydrophobe (suka lemak). Bahan
aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan
kotoran yang menempel pada permukaan air.
Secara
garis besar terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
a.
Anionik
b.
Katonik
Surfaktan
kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik
dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat
membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum
PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan
berbahaya bagi kesehatan.
c. Non ionik
d.
Amphoterik
2.
Builder ( pembentuk)
Builder
berfungsi meningkatkan
efisiensi pencuci surfaktan dengan cara menonaktifkan mineral menyebabkan
kesadahan air. Pembagiannya:
a.
Phosphates
b.
Acetates
c.
Silicates
d.
Citrates
3.
Filler (Pengisi)
Filler adalah bahan tambahan deterjen yang tidak
menguatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas.
4.
Additives
Additives adalah bahan suplemen / tambahan untuk pembuatan
produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna, tidak
berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lagi untuk komersial produk.
Deterjen ada yang bersifat kationik, anionik, maupun
nonionik. Semuanya membuat zat yang lipolifik mudah larut dan menyebar
diperairan. Selain itu, ukuran zat lipolifik menjadi lebih halus, sehingga
mempertinggi intensitas racun. Deterjen juga mempermudah absorbs racun melalui
insang. Deterjen ada pula yang bersifat persisten, sehingga terjadi akumulasi.
Seperti halnya dengan DDT, deterjen jenis ini sudah tidak boleh digunakan lagi (Slamet, Juli. S, 1983).
Menurut kandungan gugus aktif maka
deterjen diklasifikasikan sebagai berikut
(Anonymous B, 2010):
a. Deterjen Keras
Deterjen jenis keras sukar dirusak
oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut sudah dibuang namun zat tersebut
masih tetap aktif.
b. Deterjen Lunak
Deterjen jenis lunak bahan penurunan tegangan permukaan
mudah dirusak oleh mikroorganisme sehingga tidak aktif lagi bila dipakai.
Dari sekian banyak gabungan bahan kimia
sintesis di dalam deterjen, hampir semuanya membawa bahaya pada penggunanya.
Sebuah penelitian dilakukan oleh University of Washington melaporkan
bahwa semua deterjen melepaskan, setidaknya satu karsinogen yang menurut EPA
masuk dalam kategori berbahaya atau beracun (hazardous dan toxic).
Sayangnya, label pada produk tidak mencantumkan bahan beracun ini pada
konsumen. Contohnya yaitu formaldehide
yang merupakan karsinogen yang tak diragukan lagi lagi bahayamya bagi
kesehatan. Bau formaldehide yang
menyengat kemudian ditutupi oleh bahan pengharum sintesis. Bersama gas formaldehide, bahan pengharum sintesis
ini, menurut EPA , ternyata bisa mengiritasi sistem pernapasan manusia dan
menyebabkan mual (Sarikartika, 1999).
Dua bahan penting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan buiders,
diidentifikasi mempunyai pengaruh lansung dan tidak langsung terhadap manusia
dan lingkungannya. Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya
kelembaban alami yang ada pada permukaan kulit dan meningkatkan permeabilitas
permukaan luar. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat membentuk
chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM, chlorbenzene
merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan
(Anonymous C, 2008).
BAB
III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
1. Corong Pisah 2 bh;
2. Spektrofotometer;
3. Beaker Glass 80 ml dan 500 ml;
4. Gelas ukur 25 ml dan 100 ml;
5. Corong 2 bh;
6. Kuvet spektro 2 bh;
7. Pipet Tetes 3 bh;
8. Spatula 1 bh;
9.
Statip 4 bh;
10. Erlenmeyer
2 bh.
3.2 Bahan
1. Larutan Biru Metilen;
2. Larutan Indikator Fenolftalein;
3. NaOH 1 N;
4. H2SO4 1 N dan 6 N;
5. Na2SO4 Anhidrat;
6.
Aquadest.
3.3 Cara
Kerja
1. Masukkan sampel 100 ml ke dalam corong pisah. Agar netral tambahkan 2 – 3
tetes indikator fenolftialin dan NaOH 1 N sampai warna larutan merah muda;
2. Tambahkan H2SO4 sampai warnanya merah hilang;
3. Tambahkan 25 ml larutan metilen biru;
4. Ekstraksi larutan dengan 10 ml CH2Cl2 (diklorometan)
biarkan selama 30 detik. Biarkan terjadi pemisahan fase. Goyang perlahan,
apabila terbentuk emulsi tambahkan isopropil alkohol;
5. Pisahkan lapisan bawah (CH2Cl2) dan lakukan
ekstraksi dengan menggunakan kertas saring dan Na2SO4
anhidrat;
6. Lakukan ekstraksi sebanyak 3 kali dan gabungkan hasil ekstraksi;
7. Perlakukan blanko seperti langkah 1 – 6;
8. Masukkan larutan sampel dan blanko ke dalam kuvet, baca pada panjang
gelombang 652 nm.
7. ALKALINITAS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Metode
yang digunakan pada percobaan ini adalah SSA (Spektofotometer Serapan Atom).
1.2 Metoda Percobaan
Metode
yang digunakan pada percobaan ini adalah SSA (Spektofotometer Serapan Atom).
1.3 Prinsip Percobaan
Senyawa
logam dalam contoh uji didestruksi dalam suasana asam. Kemudian diukur kadarnya
dengan spektofotometer serapan atom secara langsung pada panjang gelombang
tertentu.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Logam berasal dari bahasa Yunani “Metal” adalah
sebuah unsur kimia yang siap membentuk ion (kation) dan memiliki ikatan logam,
dan kadang kala dikatakan mirip dengan kation diawan electron. Logam adalah
salah satu unsur dari tida kelompok unsur yang dibedakan oleh sifat ionisasi
dan ikatan, bersama dengan metalloid dan non logam (Anonim A, 2010).
Paduan logam merupakan pencampuran dari dua jenis
logam atau lebih untuk mendapatkan sifat fisik, mekanik, listrik dan visual
yang lebih baik. Contoh paduan logam yang popular adalah baja tahan karat yang
merupakan pencampuran dari besi (Fe) dengan Krom (Cr) (Anonim A, 2010).
Logam
terbagi 2 (Anonim A, 2010) :
1. Logam
Mulia
Secara umum logam mulia adalah
logam-logam yang termasuk paduannya yang biasa dijadikan perhiasan, seperti
emas, perak, perunggu dan platina.
2. Logam
berat
Logam berat adalah logam dengan massa
jenis lima atau lebih, dengan nomor atom 22 sampai 92. Logam berat dianggap
berbahaya bagi kesehatan bila terakumulasi secara berlebihan didalam tubuh.
Seperti Kadmium (Cd), timbal (Pb), raksa (Hg), dll.
Drude dan Lorentz mengemukakan model, bahwa logam
sebagai suatu kristal terdiri dari ion-ion positif logam dalam bentuk bola-bola
keras dan sejumlah electron yang bergerak bebas dalam ruang antara.
Elektron-elektron valensi logam tidak terikat erat, sehingga relatif bergerak
bebas. Hal ini dapat dimengerti mengapa logam bersifat pengantar panas dan
listrik yang baik (Anonim B, 2009).
Salah
satu contoh logam adalah besi (Fe). Pada air yang tidak mengandung O2.
Seperti seringkali air tanah, besi berada sebagai Fe+2 yang cukup
dapat terlarut. Sedangkan pada air sungai yang mengalir dan terjadi aerasi, Fe+2
teroksidasi menjadi Fe+3. Fe+3 ini sulit terlarut pada
pH 6-8, bahkan dapat menjadi Ferihidroksida Fe(OH), atau salah satu jenis
oksida yang merupakan zat padat dan bias mengendap (G. Alaerts, 1984).
Perbandingan sifat-sifat fisis logam dengan non
logam (Anonim B, 2009):
No
|
Logam
|
Non
Logam
|
1
|
Padatan
logam merupakan penghantar listrik yang baik
|
Padatan
non logam bukan penghantar listrik
|
2
|
Mempunyai
kilap logam
|
Tidak
mengkilap
|
3
|
Kuat
dan keras
|
Tidak
kuat dan tidak keras
|
4
|
Bisa
diulur dan dibengkokkan
|
Rapuh
dan patah jika dibengkokkan
|
5
|
Umumnya
kerapatannya besar
|
Umumnya
kerapatannya rendah
|
6
|
Titik
didih dan titik leleh tinggi
|
Titik
didih dan titik leleh rendah
|
Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui
kandungan logam pada air adalah dengan menggunakan SSA (Spektofotometer Serapan
Atom). Komponen-komponen SSA dijelaskan pada skema berikut (R. A. Day, 1986):
Cara kerja SSA adalah tabung beroperasi dengan
suplai daya yang memberikan voltase sampai 300 V. Arus melewati tabung
berjangka miliampere, 20-30 mA yang berenergi dipercepat menuju katode negatif,
dimana tabrakan dengan permukaan akan melepaskan atom-atom logam katode. Dalam
tabrakan lebih lanjut dengan ion dan atom yang berenergi, atom-atom logam yang
terpercik itu akan terekotasikan. Kemudian, dalam daerah di cas yang lebih
dingin mereka memancarkan spektrum garis yang karakteristik dari logam katode
yang tampak sebagai suatu pijaran dalam rongga katode yang cekung. Suatu garis resonansi
dipilih dari spektrum ini untuk pengukuran serapan. Gas pengisi tertekan cukup
rendah dan temperature cukup rendah sehingga garis-garis spektrum pancaran dari
lampu lebih sempit dari pada garis serapan analit dalam nyala, tepatnya seperti
yang kita kehendaki (R. A. Day, 1986).
Prinsip
analisis dengan SSA adalah interaksi antara energi radiasi dengan atom unsur
yang dianalisis. Populasi atom pada tingkat dasar dikenakan seberkas radiasi
maka akan terjadi penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada
tingkat dasar tersebut. Penyerapan ini menyebabkan terjadinya pengurangan
intensitas radiasi yang diberikan. Pengurangan intensitas sebanding dengan
jumlah atom yang berada pada tingkat dasar tersebut (Riyanto, 2009).
Dalam
aplikasinya pada bidang Teknik Lingkungan kadar logam sangat penting untuk
diketahui. Dengan adanya diketahui kadar logam dalam suatu perairan ataupun
badan air maka kita akan mengetahui kualitas air tersebut, dan memudahkan kita
untuk menentukan perlakuan pengolahan yang tepat pada air tersebut. Jika kadar
logamnya tinggi, dan kita ingin menjadikan air tersebut sebagai air baku untuk
air minum, tentunya kita akan melakukan pengolahan secara kimia. Dan sebaliknya
jika kadar logamnya tidak memlewati ambang baku mutu yang telah ditetapkan,
maka kita tidak perlu lagi melakukan pengolahan secara kimia untuk mengurangi
konsentrasi logamnya.
BAB III
PROSEDUR
PERCOBAAN
3.1 Alat
1. AAS/SSA
(Spektofotometer Serapan Atom);
2. Labu
ukur 100 ml 7 buah;
3. Pipet
tetes;
4. Pipet
takar 10 ml dan 5 ml;
5. Erlenmeyer
100 ml;
6. Corong;
7. Kertas
saring;
8. Kompor
listrik;
9. Cawan.
3.2
Bahan
1. Sampel
destruksi yang kering;
2. Aquadest;
3. HNO3
pekat;
4. H2O2.
3.3
Cara
Kerja
3.3.1 Analisa
Logam Dalam Sampel Padat
1. Ambil
sampel sebanyak 5 gr (timbang dalam neraca analitik);
2. Masukkan
sampel dalam erlenmeyer 100 ml, tambahkan 5 ml HNO3 pekat dan
ancerkan hingga volumenya menjadi 50 ml;
3. Hidupkan
kompor listrik dan panaskan selama 3 jam.
4. Saring
sampel dalam labu ukur 50 ml. Bilas sampel dan masukkan air bilasan tersebut
dalam labu ukur hingga volumenya menjadi 50 ml;
5. Periksa
absorbansi sampel dan masing-masing larutan standar menggunakan SSA.
3.3.2 Analisa
Sampel Dalam Air dan Limbah Cair
1. Ambil
sampel 50 ml dan masukkan kedalam gelas piala 100 ml;
2. Tambahkan
5 ml asam nitrat pekat kemudian tutup gelas piala dengan kaca arloji dan
panaskan hingga volumenya menjadi setengah volume semula;
3. Saring
sampel dalam labu ukur 50 ml menggunakan
kertas saring. Bilas sampel dan masukkan air bilasan tersebut kedalam labu ukur
hingga volumenya menjadi 50 ml;
4. Periksa
absorbansi sampel dengan menggunakan SSA.
3.3.3 Penentuan
Kadar Air
1.
Panaskan cawan kosong
pada suhu 105˚C selama 1 jam.
2.
Timbang cawan
menggunakan neraca analitik, masukkan sampel (berat awal);
3.
Panaskan cawan yang
berisi sampel selama 1 jam dan dinginkan;
4.
Timbang kembali cawan
berisi sampel menggunkan neraca analitik (berat akhir);
5.
Hitung kadar air
sampel.